Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan, peristiwa di Trenggalek yang dialami para imigran gelap menunjukkan Indonesia sebagai 'surga' tempat transit bagi imigran gelap yang menuju Australia.
"Para imigran gelap mau membayar uang dalam jumlah besar dan mempertaruhkan nyawa agar dapat sampai Australia," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/12/2011).
Menurut dia, ada alasan mengapa Indonesia menjadi surga tempat transit bagi imigran gelap. Pertama, posisi Indonesia yang bertetangga dengan Australia meski dipisahkan dengan bentangan laut yang lebar.
Kedua, luasnya wilayah laut Indonesia sehingga dapat dimasuki secara tidak sah oleh para imigran. "Banyak dari mereka tidak melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di pelabuhan laut dan udara," ungkapnya.
Menurut Hikmahanto, berbagai peralatan TNI-AL dan Polisi Air tidak memadai untuk menjaga wilayah laut yang sangat luas dari para imigran gelap. Ketiga, kalaupun melewati jalur-jalur resmi, ada oknum petugas yang dapat meloloskan dengan sejumlah uang. Keempat di Indonesia harus diakui ada mafia yang memfasilitasi imigran gelap dari sejumlah negara di Timur Tengah untuk sampai ke Australia.
Kelima, adanya nelayan dan pelaut yang berani membawa kapal seadanya bagi para imigran gelap dengan kompensasi finansial. "Menghadapi permasalahan ini, pemerintah harus membuat kebijakan untuk memerangi Indonesia sebagai tempat transit bagi para imigran gelap," jelas Hikmahanto.
Hingga kini nasib imigran yang selamat dari tenggelamnya kapal di Trenggalek, Jawa Timur, yang membawa mereka menuju Australia, saat ini masih terkatung-katung. Pemerintah hingga saat ini belum dapat memutuskan 49 imigran yang sebelumnya berhasil diselamatkan.
"Pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan negara-negara seperti Australia yang merupakan negara tujuan dan beberapa organisasi internasional seperti UNHCR dan ILO untuk menentukan status para imigran tersebut," ujar Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa usai penandatanganan Development Cooperation Agreement antara RI dan Vanuatu di Jakarta, hari ini.
Sebelumnya diberitakan, sebuah kapal tenggelam di perairan Watu Limo, Trenggalek, Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu 17 Desember kemarin. Kapal yang mengangkut lebih dari 200 orang imigran itu tenggelam setelah dihantam ombak besar.
Akibat kecelakaan itu, ratusan penumpang belum diketahui nasibnya, dan masih dalam pencarian. Para imigran yang berhasil diselamatkan telah berada di lautan selama beberapa jam sebelum akhirnya mendapat perawatan di rumah sakit. Kapal tersebut direncanakan menuju Pulau Christmas di Australia.
Ini adalah kali kedua kapal yang membawa imigran menuju Pulau Christmas tenggelam di perairan Indonesia. Para imigran mengaku mereka telah membayar ribuan dolar untuk dapat melakukan pelayaran menuju Christmas Island.
Christmas Island dikenal memiliki pusat penampungan suaka terbesar di Australia. Tahun lalu, sebanyak 50 pencari suaka tewas saat tengah menuju pulau itu akibat dihadang gelombang laut yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar