Tiga oknum TNI yang diduga kuat terlibat pengiriman imigran Timur Tengah ke Australia kemarin dicopot dari jabatannya sebagai bintara pembina desa (babinsa) di wilayah Koramil Besuki, Jawa Timur.
Pencopotan jabatan juga untuk memudakan pemeriksaan terhadap mereka. ”Yang bersangkutan ada indikasi (terlibat) dan langsung kita tarik.Saya sudah memerintahkan komandan korem dan komandan kodim supaya segera menyiapkan pengganti mereka,” ujar Pangdam V Brawijaya Murdjito di Surabaya, Jumat, 23 Desember 2011.
Dia memastikan proses pemeriksaan tengah dilakukan. Penyelidikan atas kasus tenggelamnya kapal yang membawa ratusan imigran gelap asal Timur Tengah di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, itu telah menyeret tiga anggota TNI, yakni Pembantu Letnan Satu (Peltu) S, Prajurit Kepala (Praka) K, dan Praka KA.
Tiga tentara yang sempat ditahan di Markas Detasemen Polisi Militer V/1 Madiun sejak Rabu 21 Desember petang, kemarin dipindahkan ke Markas Polisi Militer Angkatan Darat Komando Daerah Militer (Kodam) V Brawijaya di Surabaya.
Kepala Penerangan Komando Resor Militer 081/Dirotsaha Jaya MadiunMayor(Arm) Imam Duhri menyatakan, hasil pemeriksaan sementara menunjukkan ketiga oknum TNI ini turut menyiapkan perahu kecil bagi para imigran dari Pantai Popoh, Tulungagung.
Sesampai di tengah laut, mereka naik kapal dengan ukuran lebih besar. Selain tiga oknum TNI AD dari Tulungagung, Serka MK dari Kodim 0828 Sampang,Madura, juga diduga kuat terlibat.
MK memiliki adik ipar, BS, yang bekerja sebagai PNS di Koramil Kedungwaru, Tulungagung. BS bekerja sama dengan Peltu S,Praka K,dan Praka KA mencarikan perahu bagi imigran.
Di Jakarta,Markas Besar Polri tengah berupaya membongkar jaringan otak penyelundup yang mengorganisasi penyeberangan imigran ilegal asal Timur Tengah dari Indonesia ke Australia.
KepalaDivisiHumasMarkas Besar Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengungkapkan, Polri sudah berkoordinasi dengan kepolisian di Iran dan Afghanistan serta Australia untuk mengusut otak pelaku.
“Otaknya ada di Indonesia, negara transit dan negara asal warga-warga itu serta dari Australia juga ada,” kata Saud di Jakarta, kemarin. Polri menurunkan tim dari Direktorat Tindak Pidana Umum untuk mengusut identitas otak pelaku people smurglingini.
Saud memaparkan, para warga negara asing yang menyeberang dengan ilegal itu tiba di Indonesia melalui rute Singapura dan Malaysia. Di dua negara jiran itu mereka masuk dengan visa wisata.
Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Indonesia. Di Indonesia mereka membuang dokumen kewarganegaraan dan mengaku sebagai pencari suaka. Bila mereka ditangkap sebagai pencari suaka, untuk memprosesnya pemerintah harus berkoordinasi dengan UNHCR.
Organisasi PBB yang fokus menangani pengungsi ini untuk memfasilitasi para imigran itu untuk dikembalikan ke negara asal mereka. Banyak dari mereka,selama di Indonesia, tinggal di apartemen- apartemen di Jakarta dan juga menetap sementara di Bogor,Jawa Barat.“Mereka masuk ke Indonesia melalui pantai- pantai yang tidak terjaga,” pungkas Saud.
Pencopotan jabatan juga untuk memudakan pemeriksaan terhadap mereka. ”Yang bersangkutan ada indikasi (terlibat) dan langsung kita tarik.Saya sudah memerintahkan komandan korem dan komandan kodim supaya segera menyiapkan pengganti mereka,” ujar Pangdam V Brawijaya Murdjito di Surabaya, Jumat, 23 Desember 2011.
Dia memastikan proses pemeriksaan tengah dilakukan. Penyelidikan atas kasus tenggelamnya kapal yang membawa ratusan imigran gelap asal Timur Tengah di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, itu telah menyeret tiga anggota TNI, yakni Pembantu Letnan Satu (Peltu) S, Prajurit Kepala (Praka) K, dan Praka KA.
Tiga tentara yang sempat ditahan di Markas Detasemen Polisi Militer V/1 Madiun sejak Rabu 21 Desember petang, kemarin dipindahkan ke Markas Polisi Militer Angkatan Darat Komando Daerah Militer (Kodam) V Brawijaya di Surabaya.
Kepala Penerangan Komando Resor Militer 081/Dirotsaha Jaya MadiunMayor(Arm) Imam Duhri menyatakan, hasil pemeriksaan sementara menunjukkan ketiga oknum TNI ini turut menyiapkan perahu kecil bagi para imigran dari Pantai Popoh, Tulungagung.
Sesampai di tengah laut, mereka naik kapal dengan ukuran lebih besar. Selain tiga oknum TNI AD dari Tulungagung, Serka MK dari Kodim 0828 Sampang,Madura, juga diduga kuat terlibat.
MK memiliki adik ipar, BS, yang bekerja sebagai PNS di Koramil Kedungwaru, Tulungagung. BS bekerja sama dengan Peltu S,Praka K,dan Praka KA mencarikan perahu bagi imigran.
Di Jakarta,Markas Besar Polri tengah berupaya membongkar jaringan otak penyelundup yang mengorganisasi penyeberangan imigran ilegal asal Timur Tengah dari Indonesia ke Australia.
KepalaDivisiHumasMarkas Besar Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengungkapkan, Polri sudah berkoordinasi dengan kepolisian di Iran dan Afghanistan serta Australia untuk mengusut otak pelaku.
“Otaknya ada di Indonesia, negara transit dan negara asal warga-warga itu serta dari Australia juga ada,” kata Saud di Jakarta, kemarin. Polri menurunkan tim dari Direktorat Tindak Pidana Umum untuk mengusut identitas otak pelaku people smurglingini.
Saud memaparkan, para warga negara asing yang menyeberang dengan ilegal itu tiba di Indonesia melalui rute Singapura dan Malaysia. Di dua negara jiran itu mereka masuk dengan visa wisata.
Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Indonesia. Di Indonesia mereka membuang dokumen kewarganegaraan dan mengaku sebagai pencari suaka. Bila mereka ditangkap sebagai pencari suaka, untuk memprosesnya pemerintah harus berkoordinasi dengan UNHCR.
Organisasi PBB yang fokus menangani pengungsi ini untuk memfasilitasi para imigran itu untuk dikembalikan ke negara asal mereka. Banyak dari mereka,selama di Indonesia, tinggal di apartemen- apartemen di Jakarta dan juga menetap sementara di Bogor,Jawa Barat.“Mereka masuk ke Indonesia melalui pantai- pantai yang tidak terjaga,” pungkas Saud.
0 komentar:
Posting Komentar