Embargo yang dilakukan oleh negara Uni Eropa (UE) terhadap Iran berpotensi memicu kenaikan harga minyak mentah 30 persen.
Mengutip Reuters, Kamis (26/1/2012), International Monetery Fund (IMF) memperkirakan harga minyak mentah global dapat naik sebanyak 30 persen jika Iran benar menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur pasokan migas ekspor minyak sebagai akibat dari sanksi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Dengan penghentian ekspor minyak terhadap negara-negara tanpa alternatif pasokan minyak, maka akan memicu sebuah lonjakan awal pada harga minyak antara 20-30 persen, atau sekitar USD20-USD30 per barel. IMF menyoroti risiko meningkatnya ketegangan atas sanksi Iran pada pertemuan wakil dari negara-negara G20 yang bertemu di Mexico City minggu lalu.
Sanksi tersebut, diberikan Presiden AS Barack Obama sebagai sebuah langkah yang bertujuan mencabut program nuklir di wilayah Teheran, Iran. Pemerintah AS yakin, Iran berusaha membangun senjata nuklir. Hasilnya, Uni Eropa juga akan memberikan larangan pada Iran untuk mengekspor minyak.
Selain itu, IMF menyatakan, sanksi keuangan terhadap Teheran hasilnya akan sama dengan embargo minyak dan akan menimbulkan penurunan pada pasokan minyak sekitar 1,5 juta barel per hari (bph) dari lima produsen minyak terbesar dunia.
Gangguan pasokan ini, diprediksi sebanding dengan kerugian dalam output kala perang sipil di Libya tahun lalu, yang mendorong harga minyak naik lebih dari USD100 per barel, karena Iran mengekspor sekitar 2,6 juta bph atau sekira 20 persen minyak global.
Namun, dengan adanya proyeksi penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomii dunia. Pada 2012, IMF memperkirakan harga minyak pada 2012 akan berada di kisaran USD99 per barel, turun dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu sebesar USD100 per barel.
Pandangan ini, didasarkan pada data yang menunjukkan terbatasnya persediaan dan kapasitas cadangan, dan proyeksi akan permintaan minyak yang tidak melambat meskipun pertumbuhan negara maju dan negara berkembang akan terkoreksi.
Mengutip Reuters, Kamis (26/1/2012), International Monetery Fund (IMF) memperkirakan harga minyak mentah global dapat naik sebanyak 30 persen jika Iran benar menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur pasokan migas ekspor minyak sebagai akibat dari sanksi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Dengan penghentian ekspor minyak terhadap negara-negara tanpa alternatif pasokan minyak, maka akan memicu sebuah lonjakan awal pada harga minyak antara 20-30 persen, atau sekitar USD20-USD30 per barel. IMF menyoroti risiko meningkatnya ketegangan atas sanksi Iran pada pertemuan wakil dari negara-negara G20 yang bertemu di Mexico City minggu lalu.
Sanksi tersebut, diberikan Presiden AS Barack Obama sebagai sebuah langkah yang bertujuan mencabut program nuklir di wilayah Teheran, Iran. Pemerintah AS yakin, Iran berusaha membangun senjata nuklir. Hasilnya, Uni Eropa juga akan memberikan larangan pada Iran untuk mengekspor minyak.
Selain itu, IMF menyatakan, sanksi keuangan terhadap Teheran hasilnya akan sama dengan embargo minyak dan akan menimbulkan penurunan pada pasokan minyak sekitar 1,5 juta barel per hari (bph) dari lima produsen minyak terbesar dunia.
Gangguan pasokan ini, diprediksi sebanding dengan kerugian dalam output kala perang sipil di Libya tahun lalu, yang mendorong harga minyak naik lebih dari USD100 per barel, karena Iran mengekspor sekitar 2,6 juta bph atau sekira 20 persen minyak global.
Namun, dengan adanya proyeksi penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomii dunia. Pada 2012, IMF memperkirakan harga minyak pada 2012 akan berada di kisaran USD99 per barel, turun dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu sebesar USD100 per barel.
Pandangan ini, didasarkan pada data yang menunjukkan terbatasnya persediaan dan kapasitas cadangan, dan proyeksi akan permintaan minyak yang tidak melambat meskipun pertumbuhan negara maju dan negara berkembang akan terkoreksi.
0 komentar:
Posting Komentar